05 Maret 2012

Kebal Penyakit dengan Menyirih

Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat, di mana daun dan buahnya  dikunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Selain digunakan sebagai tanaman obat, sirih juga sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat.
Menyirih mempunyai beberapa manfaat seperti meningkatkan kapasitas  bekerja, menimbulkan sensasi panas dalam tubuh dan meningkatkan kewaspadaan.  Menyirih juga dilakukan oleh orang-orang kurang mampu untuk menghindari  kebosanan dan menekan rasa lapar
Kebiasaan menyirih, berdasarkan catatan arkeologi yang ditemukan Yanis, mulai dilakukan masyarakat di barat laut Thailand pada sekitar abad ketujuh sebelum Masehi. Pada era yang hampir bersamaan, kebiasaan ini menyebar ke negara-negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.
Komposisi menyirih umumnya berbeda di satu daerah dengan daerah lainnya atau di satu suku dengan di suku lainnya. Tetapi umumnya bahan utama menyirih adalah daun sirih, gambir, tembakau, kapur sirih, dan buah pinang muda. Nah, yang menjadi fokus utama penelitian Yanis adalah manfaat kandungan eugenol pada daun sirih dan katekin yang menjadi kandungan utama gambir.
Eugenol adalah senyawa kimia yang dominan di dalam daun sirih. “Pada minyak sirih ditemukan kandungannya 47,47%,” kata Yanis kepada Gatra. Kandungan lainnya adalah minyak atsiri, yang kadarnya hanya 0,35%. Eugenol selama ini banyak digunakan dokter gigi sebagai antiseptik pada pengobatan gigi.
Katekin adalah kandungan utama zat berkhasiat pada gambir. Katekin, menurut Yanis, juga ada pada daun teh. Tapi gambir memiliki kadar katekin paling tinggi, yaitu 13,7%. Sedangkan pada daun teh, kadarnya 9,8%. Katekin diketahui memiliki sifat antioksidan, berkemampuan menangkap radikal bebas yang ada dalam tubuh sehingga dapat mencegah kanker.
“Katekin sangat diandalkan orang Jepang dan Cina untuk obat kanker dan antivirus lainnya,” ujar Yanis. Selama ini, efek yang dianggap paling menonjol dari khasiat bahan menyirih adalah sebagai antibakteri. “Tetapi, apakah efek imunomodulator bahan menyirih juga cukup baik, hal ini belum banyak diteliti,” Yanis menambahkan.
Menurut Yanis, pada saat ini obat-obatan imunomodulator atau obat untuk meningkatkan kekebalan tubuh yang dipasarkan di Indonesia kebanyakan adalah produk asing. Karena itu, ia meneliti efek imunomodulator dari kandungan bahan menyirih. “Diharapkan penelitian ini dapat mengetahui potensi bahan menyirih dan campuran bahan menyirih sebagai obat imunomodulator dan antibakteri,” katanya.
Selain itu, Yanis juga ingin mengetahui potensi minyak atsiri daun sirih dan katekin sebagai antibakteri. Hasil penelitian yang dilakukan Yanis memang menggembirakan. Masing-masing bahan menyirih terbukti punya efek imunomodulator. Yanis menguji coba khasiat ekstrak daun sirih dan gambir itu pada hewan mencit.
Ia menguji coba berbagai campuran formula dalam dosis rendah, sedang, dan tinggi pada sekitar 250 mencit. Hasilnya, efek imunomodulator bahan menyirih paling baik diberikan oleh campuran daun sirih, gambir, dan kapur sirih dengan perbandingan 421:70:9 pada dosis sedang 200 miligram/kilogram berat badan mencit. Dosis itu sama dengan delapan lembar daun sirih dalam sehari.
Terbukti, minyak atsiri daun sirih dan eugenol dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji. “Namun efek eugenol lebih kuat dari minyak atsiri sirih,” tutur Yanis. Selain itu, dalam penelitian itu juga ditemukan bukti, ekstrak gambir dan katekin lebih efektif terhadap bakteri gram negatif dibandingkan dengan bakteri gram positif.
Aktivitas yang dilakukan katekin pun lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak gambir. Bakteri gram adalah bakteri yang digunakan Yanis sebagai bakteri uji dalam penelitian ini. Bakteri ini ditemukan ilmuwan Denmark, Christian Gram.
Bakteri gram positif, kata Yanis, memiliki dinding yang sangat banyak mengandung peptidoglikan atau sel dinding bakteri. Sedangkan pada bakteri gram negatif sangat sedikit. “Jadi, lebih tebal sel dinding bakteri yang ada di gram positif dibandingkan dengan negatif,” ujar Yanis.
Ia menambahkan, pada bakteri gram negatif, sel dinding bakterinya banyak mengandung protein dan karbohidrat. Setiap bakteri itu memiliki sensitivitas berbeda-beda terhadap kerja antibiotik atau terhadap tanaman yang bekerja sebagai antibakteri.
Dalam hal ini, kerja antibakerti dibagai menjadi empat macam. Pertama, bekerja pada dinding sel, yaitu antibakteri dimungkinkan melubangi dinding sel. Kedua, antibakteri masuk melalui pori-pori dinding sel, kemudian bekerja merusak protoplasma. Ketiga, bekerja merusak DNA atau RNA. Keempat, bekerja merusak sintesis daripada protein yang ada pada sel baketri.
Dalam penelitian ini, Yanis belum memastikan apakah atsiri dan eugenol bisa melakukan empat macam pekerjaan itu. “Yang jelas, pada saat diamati dengan mikroskop elektron, sel dinding bakteri itu menjadi berlubang oleh minyak atsiri dan daun sirih,” katanya. Efeknya, dapat melemahkan sel-sel bakteri dengan bocornya kandungan sel dinding bakteri, sehingga menghancurkan dinding-dinding pada sel bakteri. Dengan demikian, bakteri menjadi lemah dan mudah dihancurkan oleh antibodi manusia.
Dengan melemahnya bakteri-bakteri itu, terciptalah efek imunomodulator dan meningkatnya kerja antobodi tubuh. Hanya saja, menurut Yanis, hasil penelitian ini masih harus dilanjutkan sampai ke tahap uji klinis. Jika hasilnya baik, diharapkan zat-zat yang terkandung dalam bahan-bahan menyirih itu dapat dikembangkan sebagai obat antibakteri dan antivirus. “Kita dapat mengembangkan dengan tablet isap atau sirup,” ujarnya.
Yanis berharap, obat-obatan itu bisa membantu penderita penyakit seperti HIV dalam menghasilkan antobodi agar tidak mudah terserang penyakit lain. “Orang yang terkena HIV itu mudah terkena infeksi dan banyak yang meninggal karena penyakit seperti TBC,” katanya. Dalam hal ini, gambir dan daun sirih terbukti mampu meningkatkan jumlah sel CD4 di dalam tubuh manusia.
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit yang menjadi bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia. Di sisi lain, ciri orang yang terkena HIV/AIDS adalah memiliki sel CD4 yang rendah. Dengan mengonsumsi bahan-bahan menyirih, CD4 dapat meningkat. “Itu bagus untuk melawan virus-virus di dalam tubuh dan melawan cacing,” kata Yanis.
Prof. Dr. Amir Syarif, SKM SpFK, yang menjadi promotor penelitian ini, memuji temuan Yanis itu. “Telah berhasil ditemukan sekali lagi bahan dari alam dapat menjadi salah satu obat yang digunakan bagi kesehatan manusia di seluruh dunia,” katanya ketika sidang disertasi yang berlangsung pada Rabu 18 Januari lalu.
Khusus di Indonesia, kata Amir Syarif, berdasarkan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari sekitar 3.000 tumbuhan obat di dunia, 700 jenis berasal dari Indonesia. Karena itu, menurut Amir, penelitian yang dilakukan Yanis ini sangat membantu dunia kesehatan. “Khususnya pada bidang farmasi,” tuturnya.
Sumber : jualpropolis.web.id